Pengertian Dan Komponen Radio
Frequency Identification (RFID)
RFID adalah proses identifikasi seseorang atau objek dengan
menggunakan frekuensi transmisi radio. RFID menggunakan frekuensi radio untuk
membaca informasi dari sebuah device kecil yang disebut tag atau transponder
(Transmitter + Responder). Tag RFID akan mengenali diri sendiri ketika
mendeteksi sinyal dari device yang kompatibel, yaitu pembaca RFID (RFID
Reader).
Pada sistem RFID umumnya, tag atau transponder ditempelkan
pada suatu objek. Setiap tag membawa dapat membawa informasi yang unik, di
antaranya: serial number, model, warna, tempat perakitan, dan data lain dari
objek tersebut. Ketika tag ini melalui medan yang dihasilkan oleh pembaca RFID
yang kompatibel, tag akan mentransmisikan informasi yang ada pada tag kepada
pembaca RFID, sehingga proses identifikasi objek dapat dilakukan.
Sistem RFID terdiri dari empat komponen, di antaranya seperti
dapat dilihat pada gambar berikut :
·
Tag: Ini adalah device yang menyimpan
informasi untuk identifikasi objek. Tag RFID sering juga disebut sebagai
transponder.
·
Antena: untuk mentransmisikan sinyal frekuensi
radio antara pembaca RFID dengan tag RFID. Pembaca RFID: adalah device
yang kompatibel dengan tag RFID yang akan berkomunikasi secara wireless
dengan tag.
·
Software Aplikasi: adalah aplikasi pada sebuah
workstation atau PC yang dapat membaca data dari tag melalui pembaca RFID. Baik
tag dan pembaca RFID diperlengkapi dengan antena sehingga dapat menerima dan
memancarkan gelombang elektromagnetik.
Sistem RFID
Pembaca
RFID
Sebuah pembaca RFID harus menyelesaikan dua buah tugas,
yaitu:
-
Menerima perintah dari software aplikasi
-
Berkomunikasi dengan tag RFID
Pembaca RFID adalah merupakan penghubung antara
software aplikasi dengan antena yang akan meradiasikan gelombang radio ke tag
RFID. Gelombang radio yang diemisikan oleh antena berpropagasi pada ruangan di
sekitarnya. Akibatnya data dapat berpindah secara wireless ke tag RFID yang berada
berdekatan dengan antena.
Tag RFID
Tag
RFID adalah device yang dibuat dari rangkaian elektronika dan antena yang
terintegrasi di dalam rangkaian tersebut. Rangkaian elektronik dari tag RFID
umumnya memiliki memori sehingga tag ini mempunyai kemampuan untuk menyimpan
data. Memori pada tag secara dibagi menjadi sel-sel. Beberapa sel menyimpan
data Read Only, misalnya serial number yang unik yang disimpan pada
saat tag tersebut diproduksi. Sel lain pada RFID mungkin juga dapat ditulis dan
dibaca secara berulang.
Berdasarkan
catu daya tag, tag RFID dapat digolongkan menjadi:
·
Tag Aktif: yaitu tag yang catu dayanya diperoleh
dari batere, sehingga akan mengurangi daya yang diperlukan oleh pembaca RFID
dan tag dapat mengirimkan informasi dalam jarak yang lebih jauh. Kelemahan dari
tipe tag ini adalah harganya yang mahal dan ukurannya yang lebih besar karena
lebih komplek. Semakin banyak fungsi yang dapat dilakukan oleh tag RFID maka
rangkaiannya akan semakin komplek dan ukurannya akan semakin besar.
·
Tag Pasif: yaitu tag yang catu dayanya diperoleh
dari medan yang dihasilkan oleh pembaca RFID. Rangkaiannya lebih sederhana,
harganya jauh lebih murah, ukurannya kecil, dan lebih ringan. Kelemahannya
adalah tag hanya dapat mengirimkan informasi dalam jarak yang dekat dan pembaca
RFID harus menyediakan daya tambahan untuk tag RFID. Tag RFID telah sering
dipertimbangkan untuk digunakan sebagai barcode pada masa yang akan
datang. Pembacaan informasi pada tag RFID tidak memerlukan kontak sama sekali.
Karena kemampuan rangkaian terintegrasi yang modern, maka tag RFID dapat
menyimpan jauh lebih banyak informasi dibandingkan dengan barcode. Fitur
pembacaan jamak pada teknologi RFID sering disebut sebagai anti collision.
Akurasi Sistem RFID (Radio Frequency Identification)
Akurasi RFID dapat didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan
pembaca RFID melakukan identifikasi sebuah tag yang berada pada area kerjanya.
Keberhasilan dari proses identifikasi sangat dipengaruhi oleh beberapa batasan
fisik, yaitu:
-
Posisi antena pada pembaca RFID
-
Karakteristik dari material lingkungan yang
mencakup sistem RFID
-
Batasan catu daya
-
Frekuensi kerja sistem RFID
Akurasi
Sistem RFID Frekuensi Rendah
Pada frekuensi rendah, contohnya pada frekuensi 13,56 MHz,
komunikasi frekuensi radio antara tag dengan pembaca RFID sangat bergantung
pada daya yang diterima tag dari antena yang terhubung dengan pembaca RFID.
Pada ruang bebas, intensitas dari medan magnet yang diemisikan oleh antena
berkurang teradap jarak, maka terdapat batas jarak di mana tag tidak
aktif, dan komunikasi frekuensi radio tidak dapat terjadi. Pengurangan ukuran
tag akan mengurangi juga batas jarak.
Komunikasi radio berkurang jika medan magnet harus menembus
material yang mengurangi daya elektromagnetik, contohnya pada kasus objek
dengan bahan logam. Tag RFID tidak akan terdeteksi ketika ditaruh di dalam
logam, karena material logam akan meredam fluks magnet yang melalui tag secara
drastis.
Orientasi
dari tag sangat penting dan dapat menyebabkan medan magnet bervariasi. Jika
orientasi tag RFID sejajar dengan arah propagasi energi, maka fluks adalah nol
dan komunikasi radio frekuensi tidak akan terjadi walaupun jarak antara antena
dan tag sangat dekat.
Akurasi
Sistem RFID Frekuensi Tinggi
Pada frekuensi tinggi, perfomansi dari sistem RFID sangat
bergantung pada lingkungan di mana komunikasi di antara tag dan pembaca RFID
terjadi.
Pada
jarak tanpa hambatan proses identifikasi dapat terjadi pada jarak pada orde 10
meter. Tetapi bila ada hambatan maka jarak ini akan berkurang secara drastis.
Pada frekuensi tinggi, tag RFID bekerja secara aktif dengan daya dari batere.
Akurasi dari tag RFID dapat berkurang karena kekurangan daya.
Akurasi dari sistem RFID pada umumnya sangat bergantung dari
lingkungan di mana sistem RFID dioperasikan. Tantangan desain sistem RFID
adalah melakukan desain infrastruktur RFID di antara lingkungan yang kurang
bersahabat yang telah dijelaskan sebelumnya.
Alokasi Frekuensi Kerja RFID (Radio
Frequency Identification)
Alokasi
frekuensi kerja RFID (Radio Frequency Identification) terletak pada band
frekuensi ISM (Industrial, Scientific, and Medical) yang diperuntukan untuk
keperluan Industri, Peneilitian dan Medis. Frekuensi kerja RFID terletak pada 3
band frekuensi radio sebagai berikut.
Alokasi Frekuensi Kerja RFID (Radio
Frequency Identification)
·
Band LF (Low Frequncy), Frekuensi kerja RFID pada
bang LF ini terletak pada rang frekuensi 125 KHz – 134 KHz. RFID dengan
frekuensi kerja pada band LF dengan range frekuensi tersebut sering digunakan
untuk keperluan penelitian tracking binatang dan tracking pengiriman suatu
aset.
·
Band HF (High Frequency), Frekuensi kerja RFID
pada band HF terletak pada frekuensi 13,56 MHz. RFID dengan frekuensi kerja
13,56 ini digunakan di mana media data rate (TAG RFID) dan pembaca RFID (RFID
Reader) berjarak sekitar 1,5 meter. RFID dengan frekuensi ini juga
memiliki keuntungan karena tidak mengalami gangguan dari keberadaan air atau
logam.
·
Band UHF (Ultra High-Frequency), Range frekuensi
RFID pada band UHF terletak pada range frekuensi 850 MHz – 950 MHz dan 2,4 GHz.
RFID dengan frekuensi kerja pada band ISM UHF ini memiliki kecepatan pembacaan
yang tinggi.
Alokasi frekuensi kerja RFID tersebut digunakan sebagai media
komunikasi antara Tag RFID dan pembaca RFID (RFID reader).
Pemilihan dari frekuensi kerja sistem RFID akan mempengaruhi
jarak komunikasi, interferensi dengan frekuensi sistem radio lain, kecepatan
komunikasi data, dan ukuran antena. Untuk frekuensi yang rendah umumnya
digunakan tag pasif, dan untuk frekuensi tinggi digunakan tag aktif.
Pada frekuensi rendah, tag pasif tidak dapat mentransmisikan
data dengan jarak yang jauh, karena keterbatasan daya yang diperoleh dari medan
elektromagnetik. Akan tetapi komunikasi tetap dapat dilakukan tanpa kontak
langsung. Pada kasus ini hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah tag pasif
harus terletak jauh dari objek logam, karena logam secara signifikan mengurangi
fluks dari medan magnet. Akibatnya tag RFID tidak bekerja dengan baik, karena
tag tidak menerima daya minimum untuk dapat bekerja.
Pada frekuensi tinggi, jarak komunikasi antara tag aktif
dengan pembaca RFID dapat lebih jauh, tetapi masih terbatas oleh daya yang ada.
Sinyal elektromagnetik pada frekuensi tinggi juga mendapatkan pelemahan
(atenuasi) ketika tag tertutupi oleh es atau air. Pada kondisi terburuk, tag
yang tertutup oleh logam tidak terdeteksi oleh pembaca RFID.
Ukuran antena yang
harus digunakan untuk transmisi data bergantung dari panjang gelombang
elektromagnetik. Untuk frekuensi yang rendah, maka antena harus dibuat dengan
ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan RFID dengan frekuensi tinggi.
Aplikasi RFID Pada Sistem
Untuk
penggunaan RFID untuk aplikasi sistem keamanan, terdapat beberapa macam
arsitektur yang dapat digunakan.
Sistem Fixed Code
Sistem ini merupakan sistem paling sederhana yang paling
sering digunakan. Kode tetap yang tersimpan di tag RFID dibaca dan dibandingkan
dengan kode yang tersimpan database. Untuk keperluan ini dapat digunakan tag
RFID yang hanya dapat ditulis satu kali saja dan belum diprogram sama sekali.
User dapat memprogram sendiri tag tersebut. Kelemahannya adalah user dapat
membuat copy dari tag RFID yang tidak dapat dibedakan oleh sistem keamanan.
Tersedia pula tag RFID yang hanya dapat dibaca, dan telah diprogram pada proses
produksi dengan nomor identifikasi yang unik. Sistem ini tidak memungkinkan
pembuatan copy dari tag RFID. Sistem yang sederhana ini tingkat keamanannya
paling rendah.
Sistem
Rolling Code
Beroperasi
dengan cara sama dengan sistem Fixed Code, akan tetapi kode rahasia pada tag
RFID hanya berlaku pada periode waktu tertentu. Pembaca RFID pada sistem ini
harus mempunyai kemampuan untuk menulis tag RFID. Tag RFID yang digunakan harus
dapat diprogram berkali-kali. Jadinya setiap terjadi proses identifikasi maka
sistem keamanan akan mengubah kode rahasia yang ada pada tag RFID, dan akan
menggunakan kode rahasia tersebut untuk proses identifikasi selanjutnya. Sistem
ini memberikan tingkat keamanan yang lebih baik, tetapi yang harus
dipertimbangkan adalah proses sinkronikasi kode rahasia.
Sistem
Proteksi Dengan Password
Sistem
autentifikasi mutual yang sederhana dapat disediakan oleh sistem RFID dengan
proteksi password. Data rahasia pada tag RFID hanya akan ditransmisikan setelah
Pembaca RFID mengirimkan data berupa password yang sesuai untuk dapat membuktikan
keabsahan pembaca RFID. Panjang dari password dapat bervariasi disesuaikan
dengan kebutuhan tingkat keamanan.
Password
biasanya ditransmisikan dalam plain text. Waktu untuk menduga password
bervariasi antar beberapa menit sampai beberapa tahun bergantung dari panjang
dari password. Untuk sistem keamanan dengan banyak pengguna dengan password
berbeda, memiliki keterbatasan yaitu yaitu total waktu komunikasi yang sangat
lama, karena pembaca RFID harus menduga password dari database yang tersedia. Sistem
Kombinasi Rolling Code dan Password Merupakan sistem gabungan dengan fasilitas
kode rahasia berubah-ubah dan password untuk melindungi kode rahasia yang
tersimpan dalam tag RFID. Isu yang kritis dari sistem ini adalah waktu
komunikasi dan sinkronisasi password. Dengan sistem ini akan memberikan tingkat
keamanan yang tinggi.
Sistem
Keamanan Dengan Identifikasi Dan Autentifikasi
Keamanan informasi mempunyai fungsi
untuk melindungi informasi dari usaha pencurian, penggantian, dan perusakan
oleh pihak-pihak yang tidak punya hak akses terhadap informasi tersebut. Untuk
itu diperlukan kemampuan identifikasi pengguna oleh sistem keamanan informasi,
untuk mencegah pengaksesan informasi oleh pengguna yang tidak berhak.
Identifikasi
Dari sisi sistem keamanan, hasil dari
protokol autentifikasi adalah salah satu dari penerimaan identitas dari suatu
pihak yang dikenal, atau penolakan identitas yang tidak dikenal. Secara lebih
spesifik, tujuan dari protokol identifikasi adalah:
·
Jika A berhasil melakukan autentifikasi identitasnya
pada B, maka B akan melanjutkan protokol setelah menerima identitas A.
·
Transferability: B tidak dapat menggunakan
pertukaran identifikasi dengan A, untuk dapat melakukan imitasi A terhadap
pihak ketiga C.
·
Impersonation: Sangat kecilnya kemungkinan pihak
C yang berbeda dari A, melakukan protokol identikasi dengan B dan mengambil
peran dari A, yang dapat menyebabkan B menerimanya sebagai identitas A.
·
Tranferability dan Impersonation berlaku untuk
jumlah proses autentifikasi yang sangat banyak.
Isu
Kriptografi Dalam Identifikasi
Dari sudut pandang kriptografi,
masalah identifikasi meliputi dua tugas penting yaitu, melakukan identifikasi
dan melakukan autentifikasi terhadap identitas. Beberapa jenis kriptografi yang
dapat digunakan untuk sistem identifikasi di antaranya:
Ø Pengetahuan
Sistem identifikasi berdasarkan
pengetahuan tentang suatu rahasia, misalnya password atau PIN (Personal
Identification Number) untuk menunjukkan keabsahan identitas. Untuk beberapa
aplikasi dengan keamanan yang tinggi, tidak diimplementasikan dengan sistem
ini, karena level keamanannya yang tidak terlalu baik.
Sistem identifikasi berdasarkan
atribut biologis, misalnya sidik jari, suara, retina, atau pengenalan wajah.
Dengan salah satu dari atribut ini maka identitas seseorang dapat dilakukan.
Ø Kepemilikan
Identifikasi dengan berdasarkan
kepemilikan suatu benda. Metoda ini adalah metoda yang umum dan masih akan
digunakan secara luas pada masa yang akan datang. Hal ini dapat
diimplementasikan dengan kepemilikan magnetic card, smart card, dan lain-lain.
Untuk pembahasan berikut akan
digunakan istilah kunci untuk hal-hal yang dipergunakan untuk sistem
identifikasi di atas. Semua sistem kriptografi yang dideskripsikan di atas
merupakan prosedur autentifikasi statik. Autentifikasi statik artinya sistem
keamanan dapat mengenali identitas dari kunci, tetapi kunci tidak dapat
melakukan pengenalan terhadap sistem keamanan.
Prosedur autentifikasi mutual yang
memungkinkan kunci untuk memastikan identitas sistem keamanan adalah salah satu
fitur yang dapat menambah tingkat keamanan dari suatu sistem keamanan. Dengan
prosedur ini maka rahasia yang hanya diketahui oleh kunci dan sistem keamanan
yang sesuai tidak akan dikeluarkan oleh kunci kepada sistem lain.
Tingkat keamanan yang lebih tinggi
dapat diperoleh dengan algoritma simetris yang dikenal dengan protokol
pertanyaan dan jawaban (challenge / response protocol). Sistem keamanan akan
memastikan identitas kunci dengan mengirimkan pertanyaan (challenge) dan
kemudian akan memeriksa jawaban (response) dari kunci. Jawaban yang benar hanya
akan diberikan oleh kunci jika sebuah rahasia diketahui oleh sistem keamanan
dan kunci. Konsep ini mempunyai beberapa keunggulan, yaitu: pada penggunaan
normal, rahasia tidak dipertukarkan, dan pertanyaan dan jawaban dapat
bervariasi dari waktu ke waktu.
Identifikasi
Dengan Password Atau PIN
Password
konvensional melibatkan password time-invariant (tidak berubah menurut waktu).
Ide dasar adalah sebuah password yang berasosiasi terhadap seorang pengguna
terdiri dari kalimat terdiri dari 6 sampai 10 atau lebih karakter. Ini adalah
rahasia yang diketahui oleh pengguna dan sistem. PIN (Personal Identification
Number) juga termasuk ke dalam kategori password time-invariant.
PIN
biasanya digunakan bersamaan dengan kepemilikan suatu benda (token) misalnya
smart card. Ini akan menyediakan level keamanan yang lebih baik karena orang
lain tidak dapat memperoleh akses tanpa mengetahui PIN bila token ini hilang
atau dicuri. Umumnya PIN dibuat pendek yaitu antara 4 sampai 8 digit. Untuk
mencegah pencarian PIN secara acak (karena jumlah kemungkinan yang sedikit),
maka diperlukan mekanisme tambahan, misalnya penguncian kartu pada ATM untuk
kesalahan memasukkan PIN 3 kali berturut-turut.
Karena
manusia sulit untuk mengingat kode rahasia yang cukup panjang untuk mendapatkan
tingkat keamanan yang cukup tinggi, maka Password dan PIN tidak dapat dibuat
panjang sehingga sistem autentifikasi keamanannya tidak cukup kuat.
Autentifikasi
Dengan Pertanyaan Dan Respon
Ide
dari protokol kriptografi dengan pertanyaan dan respon adalah sebuah entitas
yang akan menunjukkan keabsahan identitasnya kepada entitas lain (sistem
keamanan) dengan mendemontrasikan rahasia dirinya kepada sistem keamanan, tanpa
membuka rahasia kepada sistem keamanan tersebut, pada saat protokol sedang
berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan respon terhadap
pertanyaan yang time-variant (berubah terhadap waktu), di mana respon
bergantung pada rahasia entitas tersebut dan pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan
umumnya berupa sebuah bilangan yang dipilih salah satu entitas secara acak dan
rahasia. Walaupun jalur komunikasi disadap pada saat protokol berlangsung,
respon dari sebuah proses identifikasi tidak akan memberikan informasi yang
berguna untuk identifikasi selanjutnya.
Parameter
time-invariant dapat digunakan pada protokol identifikasi untuk mencegah
terjadinya perulangan. Parameter ini umumnya disebut sebagai unique number atau
nonce. Nonce adalah nilai yang digunakan tidak lebih dari satu kali, untuk
penggunaan yang sama. Hal ini dilakukan untuk mencegah pengulangan yang dapat
dideteksi. Bilangan acak dapat digunakan dalam mekanisme pertanyaan respon,
untuk memberikan keunikan dan mencegah perulangan.
Bilangan
acak juga menyediakan sistem yang tidak dapat diprediksi. Istilah bilangan
acak, yang digunakan dalam konteks protokol identifikasi dan autentifikasi,
melibatkan bilangan pseudorandom yang tidak terprediksi. Bilangan pseudorandom
adalah bilangan yang seolah-olah acak, tapi sebenarnya ada perulangannya dengan
periode perulangan yang sangat panjang.
Digital Signature Transponder Tuesday
Digital Signature Transponder adalah devais crypto yang menggunakan sistem pertanyaan dan jawaban. Ini adalah merupakan generasi kedua dari tag RFID yang khusus digunakan untuk sistem keamanan, di mana hanya sebuah kunci yang dapat mengakses sistem kemanan tersebut. Sistem ini contohnya dapat diaplikasikan pada sistem pengamanan mobil. Pada saat inisialisasi, sistem keamanan dan transponder bertukar kunci enkripsi rahasia. Kunci ini tidak dapat dibaca, hanya respon transponder terhadap pertanyaan yang dikirimkan sistem keamanan yang dapat dibaca.
Digital Signature Transponder
Transponder merupakan devais logika yang komplek dan sistem yang didesain untuk beroperasi pada daya sangat rendah. Gambar dari transponder ini dapat dilihat pada gambar diatas.
Pada aplikasinya, sistem keamanan mengirimkan sejumlah bit bilangan acak (pertanyaan) kepada transponder menggunakan Pulse Width Modulation. Pada transponder pertanyaan tersebut dimasukkan ke dalam register pertanyaan. Untuk waktu yang singkat, energi disediakan oleh sistem keamanan dan rangkaian logika enkripsi akan menghasilkan respon (signature). Pada gambar 2 dapat dilihat sistem Crypto Transponder.
Sistem Crypto Transponder
Respon R adalah fungsi dari kunci enkripsi Ke, challenge RAND, dan algoritma kriptografi Fc.
Respon dikembalikan ke sistem keamanan dengan menggunakan Frequency Shift Keying (FSK).
Sistem keamanan menghitung respon yang diharapkan dengan menggunakan algoritma yang sama dan kunci enkripsi yang sama dan membandingkan respon yang diterima dari transponder dengan hasil perhitungan. Hasil perhitungan dari respon yang diharapkan dapat selesai bersamaan dengan komunikasi antara transponder dengan sistem keamanan atau setelah menerima respon dari transponder. Jika hasilnya sama, maka informasi akan dikirimkan ke komputer manajemen.
Keunggulan dari sistem ini adalah sebagai berikut:
Read more at:
Digital Signature Transponder Tuesday
Digital Signature Transponder adalah devais crypto yang menggunakan sistem pertanyaan dan jawaban. Ini adalah merupakan generasi kedua dari tag RFID yang khusus digunakan untuk sistem keamanan, di mana hanya sebuah kunci yang dapat mengakses sistem kemanan tersebut. Sistem ini contohnya dapat diaplikasikan pada sistem pengamanan mobil. Pada saat inisialisasi, sistem keamanan dan transponder bertukar kunci enkripsi rahasia. Kunci ini tidak dapat dibaca, hanya respon transponder terhadap pertanyaan yang dikirimkan sistem keamanan yang dapat dibaca.
Digital Signature Transponder
Pada aplikasinya, sistem keamanan mengirimkan sejumlah bit bilangan acak (pertanyaan) kepada transponder menggunakan Pulse Width Modulation. Pada transponder pertanyaan tersebut dimasukkan ke dalam register pertanyaan. Untuk waktu yang singkat, energi disediakan oleh sistem keamanan dan rangkaian logika enkripsi akan menghasilkan respon (signature). Pada gambar 2 dapat dilihat sistem Crypto Transponder.
Sistem Crypto Transponder
Respon dikembalikan ke sistem keamanan dengan menggunakan Frequency Shift Keying (FSK).
Sistem keamanan menghitung respon yang diharapkan dengan menggunakan algoritma yang sama dan kunci enkripsi yang sama dan membandingkan respon yang diterima dari transponder dengan hasil perhitungan. Hasil perhitungan dari respon yang diharapkan dapat selesai bersamaan dengan komunikasi antara transponder dengan sistem keamanan atau setelah menerima respon dari transponder. Jika hasilnya sama, maka informasi akan dikirimkan ke komputer manajemen.
Keunggulan dari sistem ini adalah sebagai berikut:
- Respon berbeda pada setiap waktu, bergantung dari pertanyaan (challenge). Akibatnya proses autentifikasi adalah dinamis.
- Tidak ada bagian dari kunci enkripsi yang dikirimkan setelah inisialisasi.
- Kunci enkripsi tidak dapat dibaca.
- Transponder tidak dapat diduplikasi.
- Kunci enkripsi dapat dikunci atau diubah jika diinginkan dengan melakukan inisialisasi ulang.
Read more at:
http://elektronika-dasar.web.id/sistem-keamanan-dengan-identifikasi-dan-autentifikasi/
Copyright © Elektronika Dasar
Copyright © Elektronika Dasar
Copyright © Elektronika Dasar
Copyright © Elektronika Dasar
Copyright
© Elektronika Dasar
Copyright © Elektronika Dasar